Latest Post

Penjual ikan di Pasar Bandaaie Kelurahan Pasie Nantigo Kecamatan Kototangah Padang Sumbar Minggu (6/7). 
 

Beritaone, Padang--Cuaca badai sejak beberapa hari terakhir menyebabkan harga ikan di tempat penjulan ikan di Pasar Bandaaie, Kelurahan Pasie Nantigo naik. 

Pantauan Beritaone, Minggu (6/7), tak banyak ika segar yang dijual pedagang di lapak-lapak yang berjajar di tepi pantai. Jenis ikan yang lagi musim ada ikan tongkol, gamholo, maco, teri, gabua, tenggiri dan lainnya.

Uhtuk harga ikan tongkol ukuran kecil Rp 25.000 per kilogram. Ikan sisik dan tenggiri Rp 60.000 ribu per kilogram. Ikan gambolo sarai Rp 35.000- Rp 40.000 per kilogram.

Fauzi, penjual ikan di Pasar Bandaaie mengatakan, harga ikan cenderung naik dalam beberapa pekan ini. "Faktor cuaca menyebabkan hasil tangkapan nelayan berkurang," ujarnya.

Pasar ikan ini selalu ramai di hari libur weekend. Karena di sini dijual ikan segar langsung dibongkar dari bagan di tepi pamtai bersebelahan dengan pasar.

Selain beli ikan dan kebutuhan dapur, pengunjung bisa melihat aktvitas bongkar ikan dari kapal di pagi hari. (*)

 


Harga bawang merah di sejumlah pasar dan warung sembako di Kota Padang masih tergolong tinggi. Namun sudah berangsur turun. Jika pekan lalu harga bawang merah bertengger di angka Rp 30 ribu per kilogram, Sabtu  (5/7) turun jadi Rp 26 ribu pet kilogram untuk bawang assl luar Sumbar. 

Sedangkan harga cabai merah mulai merangkak naik. Untuk cabai darek Rp 30 ribu per kilogram. Naik Rp 6.000 dibanding pekan lalu Rp 24.000 pet kilogram. Harga cabai jawa saat ini berada di kisaran Rp 40.000 sampai Rp 42.000 per kilogram.

Yusniar, 41, penjual sembako di kawasan Bypass Km 9 Padang mengatakan, untuk bawang masih naik turun harganya, tergantung pasokan dari toke. Begitu juga cabai merah. Pekan ini mulai naik seiring mulai berkurangnya hasil panen di daerah penghasil cabai. 

"Masih belum stabil harganya, kadang turun habis itu naik lagi," ujarnya Sabtu (5/7).

Yusniar memperkirakan harga sejumlah komoditas pertanian bakal terus naik jika musim panas terus berlanjut. Kekeringan akan berdampak kepada tanaman pangan, termasuk sayur-sayuran. (e)

 

Kreatif dan ivonatif diperlukan dalam berbisnis di zaman sekarang. Itulah yang dilakukan  Haji Khaidir, 63 di Jalan Padangbaru, Paritmalintang, Kecamatan Enamlingkuang Kabupaten Padangpariaman. Memadukan usaha budidaya lebah madu dengan kuliner lezat dan sehat. 

Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit dari simpang Toboh, sampailah di sebuah rumah bercat oranye. Tak jauh dari Kantor Kapolres Padangpariaman. Begitu memasuki halaman rumahnya yang rindang ditumbuhi tanaman bunga merambat, mata langsung tertuju pada kotak-kotak tertata rapi tertancap di tanah. Kotak-kotak dari kayu bercat oranye itu adalah sarang lebah kelulut atau galo-galo. Ia sulap pekarangan rumahnya yang rapi dan apik untuk budidaya lebah madu berbody kecil-kecil tersebut. Dari halaman depan sampai samping ada puluhan rumah lebah.

Di rumah lebah galo-galo itulah pengunjung bisa minum madu langsung dari sarangnya pakai sedotan air kemasan gelas.

“Pengunjung gratis minum madu langsung dari sarangnya,” kata Haji Khaidir didampingi istrinya, Hj Husniati, 54, Minggu (5/7).

Pak Haji,begitu pria itu biasa disapa dengan sigap membuka penutup rumah lebah lalu mengusir si lebah menjauh sebentar dari sarangnya lalu mempersilahkan tamunya menghisap madu dengan sedotan. Rasa asam manis madu lebah langsung singgah di lidah.

“Itulah rasanya madu lebah kelulut yang asli,” kata Haji Khaidir seraya menyebut produk Rumah Lebah Kelulut miliknya sudah terdaftar di BBPOM. Madu galo-galo tersebut warnanya agak coklat terang dan relatif encer.

Awal membudidayakan lebah kelulut sejak 2020 lalu, Haji Khaidir hanya punya 20 koloni atau sarang saja.

“Karena permintaan bertambah banyak, maka dikembangkan lagi mencapai 120 koloni dalam lima bulan,” ujarnya. Permintaan banyak dari Jakarta, Medan, Palembang dan Kalimantan hanya mengandalkan promosi dari  mulut ke mulut dan kenalan dekat saja. Untuk harga, waktu itu kemasan 100 ml dijual Rp 100 ribu dan kemasan 1 liter Rp 1 juta. Kini ia sudah punya 1000-an sarang lebah dengan rata-rata produksinya mencapai 750 liter per bulan.

Budidaya lebah kelulut tak perlu modal besar, pekarangan rumah Haji Khaidir cukup luas. Tinggal membikin sarangnya. Menyulap halaman full faving block agar bersih dan nyaman dilengkapi tanaman bunga untuk makan lebah dan terlihat indah. Ia pun tak perlu merekrut karyawan untuk panen sampai mengemas madunya. Karena panen madu tidak tiap hari. Lebah pun tak perlu dikasih makan. Jika bunga-bunga tidak sedang mekar maka si lebah biasanya mengisap sari bunga kelapa atau pinang yang banyak tumbuh di nagari tersebut.

“Jadi madunya tetap ada walau tak musim bunga. Hanya musim hujan madu agak berkurang,” ujarnya.

Tak berhenti sampai di situ, istri Khaidir, Husniati pun membuka usaha turunannya. Rumah madu dilengkapi kafe dengan menu spesifik seperti, kelapa muda madu, ayam bakar madu dan menu lainnya. “Alhamdulillah setelah 8 bulan buka selalu ramai yang datang dan makan di sini,” ujarnya. Tiap hari kerja 100-an tempat duduk di kafe outdor pekarangan rumahnya selalu penuh. Umumnya pekerja kantoran yang makan di sana. Selain makan di tempat ada juga yang dibungkus dan dibawa pulang. (ind)

 

 


 


 Basko City Mall telah beroperasi di Jalan Bypass Km 9 Simpang Taruko, Kecamatan Kuranji, Padang lebih dari sebulan. Soft Opening 29 Mei 2025 lalu dihadiri Gubernur Sumbar Mahyeldi Asharullah dan Wali Kota Padang Fadly Amran.  Ini adalah mall kedua di Padang milik pengusaha terkenal Basrizal Koto. Asli urang awak. Sebelumnya sudah ada Basko Grand Mall dan Basko Hotel di kawasan Airtawar Padang.

Mall di kawasan Bypass rampung dalam setahun. Dan dibuka pas masa liburan cuti bersama akhir Mei lalu. Suasana ”kampung” yang tadinya damai sontak ramai. Di awal buka, jalanan depan mall sempat macet. Saking berjubelnya kendaraan pengunjung yang ingin masuk mall. Parkir motor dan mobil meluber di luar mall. Padahal di dalam sudah disediakan parkir yang memadai. Mungkin karakter urang awak tak ingin ribet. Pengen cepat keluar masuk.  Takut mahal. Atau ingin berbagi rezeki dengan tukang parkir dadakan. Yah, pertama dibuka tempat parkir dadakan pun bermunculan. Pemuda setempat memanfaatkan area kosong untuk parkir motor atau mobil. “Kalau hari libur ramai, lumayan juga cuannya,” ucap Syafri, petugas parkir dadakan.  

Warga sekitar bisa parkir depan warung, tanah kosong atau pekarangan rumah sanak famili dekat mall. Yah, itu pula untungnya mall dekat perkampungan. Tak enaknya ada juga. Bagi masyakat yang tinggal di seputaran Taruko-Kalumbuk dan sekitarnya yang biasa berbelok di u-turn persis di persimpangan depan mall jadi jauh ke Taratakpaneh dan dekat Pilakut. Sedikit menggerutu tapi tak apa, kan kampung juga yang maju.

“Yah, mau bagaimana lagi. Terpaksa mutar agal jauh,” ujar Arnelli, warga yang tinggal di Jalan Terpadu Kapuk Kalumbuk.

Sebelum mall  megah terbesar di Sumbar itu berdiri di sana, dulunya bekas lapangan bola dan parak kelapa. Warga sana menyebutnya parak karambia. Di zamannya, tempat gembala sapi dan mencari kayu api. Mengambil air minum di sumur tepi tebing. Mata air yang jernih dan sejuk. Bebas pencemaran.

Zaman makin maju. Sejak jalan Bypass membelah kampung itu, parak karambia pun dijual pemiliknya. Kini berdiri mall berkelas. Menyasar menengah ke atas. Konsep belanja produk fashion brand ternama, kulineran dan arena bermain anak dan dewasa. Ada kolam salju, game, bowling dan lainnya. Nongkrong sambil menikmati makan dan minuman kekinian. Indoor dan outdoor. Di dalam terasa suasana mall pada umumnya, di luar terlihat kampung yang damai.

Alhasil, tiap weekend dan musim liburan mall baru ini selalu ramai. Banyak bus-bus dan mobil plat luar Sumbar parkir di pinggir jalan seberang mall. Ekonomi lesu seperti tidakberlaku saat musim libur. Memang masih banyak kalangan yang penghasilannya tetap stabil. Contohnya Aparatur Sipil Negara, pegawai BUMN, TNI Polri dan lainnya.

Sejak ada Basko City Mall, ekonomi sekitar pun berputar. Lapangan usaha terbuka lebar. Banyak yang mengais rezeki di sini. Mulai jadi tukang parkir, jualan minuman, gorengan, warung sarapan hingga rumah kos-kosan dan kontrakan. Rumah warga sekitar sejak mall ini mulai dibangun banyak berubah jadi kontrakan. Para tukang yang mengerjakan mall selama berbulan-bulan dominan berasal dari luar Sumbar. Otomatis mereka butuh tempat tinggal sementara.  Ratusan jumlahnya. Setahun lamanya. Sudah terbayang berapa perputaran uang di sana. Ekonomi redup kembali hidup. Ketika mall beroperasi, giliran para karyawan mall yang mengisi kosan dan kontrakan.

Misdawati, salah satu warga yang kecvipratan rezeki dari kos-kosan sejak mall mulai dibangun. Enam petak kontrakannya terisi penuh. “ Alhamdulillah penuh, dulu tukang yang ngontak, sekarang karyawan Basko,” ujarnya.

Warung makan dan sembako juga bertambah ramai. Kios dadakan bermunculan. Usaha laundry banyak orderan.  Siapa yang cepat dia dapat. Ada paha ada kaki, ada usaha ada rezeki. Intinya jangan gengsi.  Upik, salah satu penjual aneka kue tradisional juga membuka lapak di seberang Basko Mall. Ia menjual aneka minuman saat hari beranjak siang. Paginya ia jualan sarapan. “Lumayan buat nambah-nambah penghasilan,” ucapnya.

Basrizal Koto, sang pemilik Basko City Mall, tak hanya membuka lapangan kerja dengan mendirikan mall.  Tapi juga berefek kepada ekonomi masyarakat sekitar. Di tengah kelesuan ekonomi dan daya beli, Basko jalan terus. Tetap optimis. Banyak mall sepi tak membuat nyalinya ciut. Yakin bisnis mall tak akan mati. Walau tren belanja online terus berkembang.  Konsep  bisnisnya berbeda. Disesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan konsumen.                                                                                  

Pasar yang dibidiknya jelas. Bukan hanya warga Sumbar tapi juga dari provinsi tetangga, Riau, Jambi dan lainnya. Tiap musim liburan tujuan mereka ke Sumbar membelanjakan uangnya.

Tetap ada peluang jika jeli melihat potensi. Walau tidak di pusat kota, tetap dicari. Masyarakat butuh suasana dan nuansa berbeda setiap waktu. Apalagi sesuatu yang baru. Diserbu bak semut bersua gula.

Saat ini lapangan kerja semakin terbatas. Pencari kerja terus bertambah. Fresh graduate bersaing dengan korban PHK. Susahnya cari kerja bak mencari jarum di tumpukan jerami. Tapi tetap hati-hati penipuan lowongan kerja bodong. Seperti kejadian tempo hari. Ratusan orang jadi korban. Penipu mengatasnamakan  lowongan di Basko City Mall.  Ternyata situasi dimanfaatkan untuk meraup keuntungan. Begitu benar susahnya mencari pekerjaan halal?

Butuh investasi yang berani untuk menyerap pengangguran yang makin banyak. Pemerintah daerah mesti lebih lincah. Rayulah investor agar mau menanamkan modalnya supaya lapangan kerja terbuka. Masih banyak peluang usaha yang bisa menyerap tenaga kerja. Tempat rekreasi,  perguruan tinggi, rumah sakit dan lainnya. Masyarakat di kala senang maupun susah tetap butuh makan dan rekreasi. Dengan makan dan liburan, pikiran kembali fresh. Tua muda, kakek nenek, zaman sekarang sama-sama pengen eksis. Konsep wisata, belanja, kulineran, bermain sambil berolahraga oke-oke saja.

Tak perlu kabur dulu ke luar negeri. Biarlah hujan emas di negeri orang, hujan batu tetap di kampung kita.  Orang Minang yang berduit, bangunlah usaha di kampung sendiri. Bantulah urang kampuang dan anak kemenakan . (e)


Padang, Beritaone.news -- Harga kebutuhan pokok di Kota Padang dalam sepekam terakhir fluktuatif. Harga cabai merah yang sebelumnya anjlok menyentuh Rp 18 ribu per kilogram mulai merangkak naik ke level Rp 24.000 per kilogram untuk cabai lokal Sumbar. Sedangkan cabai Jawa bertengger di angka Rp 42 ribu per kilogram. Kenaikan harga dipicu mulai berkurangnya panen petani di daerah penghasil cabai. Seperti pulau Jawa dan sejumlah daetah di Sumbar.

Sedangkan harga jengkol mulai menggila dalam beberapa hari ini. Selasa (1/7) harga jengkol di salah satu warung sembako di kawasan Kuranji Padang Sumbar mencapai Rp 12.000 per 10 butir. Biasanya berkisar Rp 5.000 sampai Rp 6.000 per 20 butir.

Menurut pedagang sembako Elsi, 35  di kawasan Kuranji Padang Selasa (1/7), kenaikan harga jengkol karena minim pasokan dari toke jengkol. "Jengkol lagi langka, makanya harga naik," ujarnya. Menurut Elsi jengkol yang dijualnya ada yang berasal dari Kota Padamg ada juga dari daerah lain seperti Pasaman. 

Sementara itu harga bawang merah turun sedikit. Sebelumnya Rp 30.000 per kilogram turun ke Rp 26.000 per kilogram untuk bawang dari luar Sumbar sedangkan bawang asal Alahanpanjang Rp 30.000 per kilogram. Selain itu hargsa  buncis masih tinggi Rp 24.000 per kilogtam. Telur ayam stabil Rp 18 000- Rp 20.000 per 10 butir. Kentang Rp 14.000 per kilogram. (e)


 

pengunjung foto selfi di Pemandian Lubuk Minturun Padang beberapa waktu lalu

Padang, Beritaone.news - Menikmati secangkir kopi di kedai tebing sungai ada sensasi tersendiri. Memandang air mengalir jernih sebening kaca menenangkan jiwa. Apalagi berenang di air sungai yang bersih menyegarkan raga. Suasana ini masih ada di sejumlah sungai di Padang. Pergilah ke Lubukminturun. Tepatnya dekat pemandian Lubukminturun. Jika beruntung anda akan bersua air sedang jernih. Ada banyak ikan menari. Ikan larangan. Tapi jangan datang di musim hujan. Kalau saat hujan sering keruh. Mungkin ada tebing yang runtuh. Air sungai ini masih terbilang terjaga kelestariannya. Belum banyak tersentuh peradaban modern. Apalagi limbah dan sampah. Tak heran dijadikan tempat mandi-mandi oleh warga saat hari libur. Healing kata kaum milenial.

Windri A,  30, seorang warga Padang yang berdomisili di Jakarta sangat mengangumi sungai Lubuk Minturun yang masih sangat alami. Waktu liburan ia sempatkan diri menikmati suasana main air sungai sambil menikmati jajanan kampung yang enak dan murah meriah di pinggir sungai.  “Aku sempatkan ke sini karena lihat dari video yang beredar kelihatan bagus dan enak suasananya. Cocok untuk bersantai,”  ujarnya.

Healing (baca: relaksasi/rekreasi) di sungai selain gratis atau biaya murah memberi banyak bonus untuk kesehatan jiwa dan raga. Makanya sangat penting menjaga kelestarian sungai. Selain untuk menjaga ekosistem di dalamnya, beraneka jenis ikan air tawar juga berpotensi pada pemasukan daerah dan peningkatan ekonomi masyarakat. Yakni menjadikan destinasi wisata sungai.

Tengoklah wisata sungai di sejumlah negara, sukses mengundang bànyak wisatawan mancanegara. Sungai Are di Swiss contohnya. Sungainya yang bersih dan jernih membuat wisatawan penasaran.

Sungai-sungai di sejumlah daerah di Sumbar dan Padang tak kalah indah dan potensial jadi objek wisata. Terutama yang berada di pinggiran kota yang berhulu di bukit barisan. Selain menawarkan pemandangan menakjubkan, banyak sungai bisa untuk berarung jeram. Tinggal lagi kemauan dan keseriusan untuk mengembangkan dan mengelolanya.

Dewasa ini di Sumbar juga banyak wisata yang dikelola masyarakat melalui kelompok sadar wisata (pokdarwis). Namun untuk wisata sungai belum begitu gencar apalagi viral. Memang mengelola wisata sungai punya tantangan tersendiri. Apalagj jika menawarkan mandi-mandi, berenang dan atraksi arung jeram. Faktor keselamatan pengunjung jadi prioritas utama. Kalau abai bisa celaka dan menimbulkan korban nyawa.

 Memang di balik berjuta pesona wisata sungai, ada bahaya yang selalu mengintai. Apalagi sungai-sungai yang belum dikelola sebagai tempat wisata. Tapi sering dimanfaatkan mandi-mandi oleh warga. Sehingga korban hanyut tak terhindarkan. Entah sudah berapa korban tewas hanyut di sungai.

Namun jika sungai-sungai tersebut sudah dikelola jadi objek wisata tentunya ada petugas yang mengawasi aktivitas pengunjung, semacam baywatch (penjaga pantai). Pada kondisi-kondisi tertentu dilarang berenang, mandi-mandi atau berarung jeram. Peralatan untuk penyelamatan mesti distandbykan.  

Menjadikan sungai destinasi wisata bukan berarti mengabaikan keasriannya. Justru terus dipercantik dan diperindah dengan berbagai fasilitas, taman-taman dan penghijauan. Sehingga warung dan kafe hingga restoran yang sengaja dikonsep dekat sungai diburu orang. Berwisata kuliner bonus spot foto pemandangan sungai yang eksotik. (e)

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
IKLAN