Basko City Mall telah beroperasi di Jalan Bypass Km 9
Simpang Taruko, Kecamatan Kuranji, Padang lebih dari sebulan. Soft Opening 29 Mei 2025 lalu dihadiri
Gubernur Sumbar Mahyeldi Asharullah dan Wali Kota Padang Fadly Amran. Ini adalah mall kedua di Padang milik pengusaha terkenal Basrizal Koto. Asli urang awak.
Sebelumnya sudah ada Basko Grand Mall dan Basko Hotel di kawasan Airtawar
Padang.
Mall di kawasan Bypass rampung dalam setahun. Dan
dibuka pas masa liburan cuti bersama akhir Mei lalu. Suasana ”kampung” yang
tadinya damai sontak ramai. Di awal buka, jalanan depan mall sempat macet.
Saking berjubelnya kendaraan pengunjung yang ingin masuk mall. Parkir motor dan
mobil meluber di luar mall. Padahal di dalam sudah disediakan parkir yang
memadai. Mungkin karakter urang awak
tak ingin ribet. Pengen cepat keluar masuk. Takut mahal. Atau ingin berbagi rezeki dengan
tukang parkir dadakan. Yah, pertama dibuka tempat parkir dadakan pun
bermunculan. Pemuda setempat memanfaatkan area kosong untuk parkir motor atau
mobil. “Kalau hari libur ramai, lumayan juga cuannya,” ucap Syafri, petugas
parkir dadakan.
Warga sekitar bisa parkir depan warung, tanah kosong
atau pekarangan rumah sanak famili dekat mall. Yah, itu pula untungnya mall
dekat perkampungan. Tak enaknya ada juga. Bagi masyakat yang tinggal di
seputaran Taruko-Kalumbuk dan sekitarnya yang biasa berbelok di u-turn persis
di persimpangan depan mall jadi jauh ke Taratakpaneh dan dekat Pilakut. Sedikit
menggerutu tapi tak apa, kan kampung juga yang maju.
“Yah, mau bagaimana lagi. Terpaksa mutar agal jauh,”
ujar Arnelli, warga yang tinggal di Jalan Terpadu Kapuk Kalumbuk.
Sebelum mall megah terbesar di Sumbar itu berdiri di sana,
dulunya bekas lapangan bola dan parak kelapa. Warga sana menyebutnya parak karambia. Di zamannya, tempat
gembala sapi dan mencari kayu api. Mengambil air minum di sumur tepi tebing.
Mata air yang jernih dan sejuk. Bebas pencemaran.
Zaman makin maju. Sejak jalan Bypass membelah kampung
itu, parak karambia pun dijual
pemiliknya. Kini berdiri mall berkelas. Menyasar menengah ke atas. Konsep
belanja produk fashion brand ternama, kulineran dan arena bermain anak dan
dewasa. Ada kolam salju, game, bowling dan lainnya. Nongkrong sambil menikmati
makan dan minuman kekinian. Indoor
dan outdoor. Di dalam terasa suasana
mall pada umumnya, di luar terlihat kampung yang damai.
Alhasil, tiap weekend
dan musim liburan mall baru ini selalu ramai. Banyak bus-bus dan mobil plat
luar Sumbar parkir di pinggir jalan seberang mall. Ekonomi lesu seperti
tidakberlaku saat musim libur. Memang masih banyak kalangan yang penghasilannya
tetap stabil. Contohnya Aparatur Sipil Negara, pegawai BUMN, TNI Polri dan
lainnya.
Sejak ada Basko City Mall, ekonomi sekitar pun
berputar. Lapangan usaha terbuka lebar. Banyak yang mengais rezeki di sini.
Mulai jadi tukang parkir, jualan minuman, gorengan, warung sarapan hingga rumah
kos-kosan dan kontrakan. Rumah warga sekitar sejak mall ini mulai dibangun
banyak berubah jadi kontrakan. Para tukang yang mengerjakan mall selama
berbulan-bulan dominan berasal dari luar Sumbar. Otomatis mereka butuh tempat tinggal
sementara. Ratusan jumlahnya. Setahun
lamanya. Sudah terbayang berapa perputaran uang di sana. Ekonomi redup kembali
hidup. Ketika mall beroperasi, giliran para karyawan mall yang mengisi kosan
dan kontrakan.
Misdawati, salah satu warga yang kecvipratan rezeki
dari kos-kosan sejak mall mulai dibangun. Enam petak kontrakannya terisi penuh.
“ Alhamdulillah penuh, dulu tukang yang ngontak, sekarang karyawan Basko,”
ujarnya.
Warung makan dan sembako juga bertambah ramai. Kios
dadakan bermunculan. Usaha laundry
banyak orderan. Siapa yang cepat dia
dapat. Ada paha ada kaki, ada usaha ada rezeki. Intinya jangan gengsi. Upik, salah satu penjual aneka kue tradisional
juga membuka lapak di seberang Basko Mall. Ia menjual aneka minuman saat hari
beranjak siang. Paginya ia jualan sarapan. “Lumayan buat nambah-nambah
penghasilan,” ucapnya.
Basrizal Koto, sang pemilik Basko City Mall, tak hanya
membuka lapangan kerja dengan mendirikan mall. Tapi juga berefek kepada ekonomi masyarakat
sekitar. Di tengah kelesuan ekonomi dan daya beli, Basko jalan terus. Tetap
optimis. Banyak mall sepi tak membuat nyalinya ciut. Yakin bisnis mall tak akan
mati. Walau tren belanja online terus berkembang. Konsep
bisnisnya berbeda. Disesuaikan perkembangan zaman dan kebutuhan
konsumen.
Pasar yang dibidiknya jelas. Bukan hanya warga Sumbar
tapi juga dari provinsi tetangga, Riau, Jambi dan lainnya. Tiap musim liburan
tujuan mereka ke Sumbar membelanjakan uangnya.
Tetap ada peluang jika jeli melihat potensi. Walau
tidak di pusat kota, tetap dicari. Masyarakat butuh suasana dan nuansa berbeda
setiap waktu. Apalagi sesuatu yang baru. Diserbu bak semut bersua gula.
Saat ini lapangan kerja semakin terbatas. Pencari kerja
terus bertambah. Fresh graduate
bersaing dengan korban PHK. Susahnya cari kerja bak mencari jarum di tumpukan
jerami. Tapi tetap hati-hati penipuan lowongan kerja bodong. Seperti kejadian
tempo hari. Ratusan orang jadi korban. Penipu mengatasnamakan lowongan di Basko City Mall. Ternyata situasi dimanfaatkan untuk meraup
keuntungan. Begitu benar susahnya mencari pekerjaan halal?
Butuh investasi yang berani untuk menyerap pengangguran
yang makin banyak. Pemerintah daerah mesti lebih lincah. Rayulah investor agar
mau menanamkan modalnya supaya lapangan kerja terbuka. Masih banyak peluang
usaha yang bisa menyerap tenaga kerja. Tempat rekreasi, perguruan tinggi, rumah sakit dan lainnya. Masyarakat
di kala senang maupun susah tetap butuh makan dan rekreasi. Dengan makan dan
liburan, pikiran kembali fresh. Tua
muda, kakek nenek, zaman sekarang
sama-sama pengen eksis. Konsep
wisata, belanja, kulineran, bermain sambil berolahraga oke-oke saja.
Tak perlu kabur dulu ke luar negeri. Biarlah hujan emas
di negeri orang, hujan batu tetap di kampung kita. Orang Minang yang berduit, bangunlah usaha di
kampung sendiri. Bantulah urang kampuang dan anak kemenakan . (e)