Latest Post

Petugas Perumda Air Minum Kota Padang sedang melakukan pengerukan sedimentasi di IPA Paraku beberapa waktu lalu.

Bertaone—Perumda Air Minum Kota Padang berupaya menjaga kualitas dan kelancaran distribusi air kepada pelanggan. Salah satu caranya melakukan pengerukan sedimentasi pada Instalasi Pengolahan Air (IPA) yang Ada.

Selasa (16/9) mulai pukul 09.00 dilakukan pengurasan sedimen di Reservoir Instalasi Pengolahan Air (IPA) Lubuk Paraku.

Pengurasan menjadi agenda rutin perusahaan untuk memastikan pasokan air pelanggan bersih, higienis, dan aman. Penumpukan sedimen pada reservoir berpotensi menurunkan kualitas air sehingga harus dikuras berkala.

IPA Taban tetap beroperasi selama proses berlangsung. Sebagian air digunakan untuk pengurasan sehingga debit distribusi ke wilayah layanan sedikit berkurang.

Perumda Air Minum Kota Padang memastikan tidak terjadi gangguan distribusi karena reservoir IPA Taban memiliki dua kompartemen. Pengurasan dilakukan bergantian sehingga pasokan tetap berjalan normal.

Kasubag Humas Perumda Air Minum Kota Padang, Adhie Zein, mengatakan, pengurasan wajib dilakukan rutin untuk menjaga kualitas air.

“Sedimen itu memang harus dikuras berkala untuk menjaga kualitas air, higienis, dan aman bagi pelanggan. Biasanya, proses pengurasan berlangsung sekitar 4 hingga 5 jam,” ujarnya Senin (15/9).

Ia menyebut pengurasan bergantung pada kondisi air baku. Jika air tetap jernih sepanjang tahun, cukup dilakukan satu kali setahun.

Pada musim hujan, kadar kekeruhan meningkat sehingga pengurasan bisa dilakukan dua kali setahun.

Adhie menambahkan perusahaan rutin memonitor kondisi reservoir.

“Selalu dilakukan pengecekan berkala untuk mengukur ketebalan sedimen. Jika seharus dikuras, maka akan dilakukan pengurasan. Jadi tergantung kondisi,” jelas Adhie.

Pelanggan diimbau menampung air untuk mengantisipasi pengurangan debit air selama pengurasan.

Kegiatan tersebut akan terdampak pada layanan area pengolahan Selatan. Yakni, jalan Ampera Lubuk Begalung, Kampuang Jua, Lubeg, Ujung Tanah, Batuang Taba, Pampangan, Banuaran, Jln Sutan Syahrir, Cendana Mato Air, Koto Kaciak, Jondul, Ampalu, Sutomo.

Selain itu, kawasan Aurduri, Aircamar, Asrama AD Cengkeh, Lubuk Ipuh, Pisang, Parakkarakah, Filano, Andalas Makmur, Jalan M, Yunus Lubuklintah, Kompleks Keyzana dan sekitarnya.

“Kami mohon maaf atas ketidaknyamanan ini. Diharap pelanggan bersabar sampai pengerjaan selesai,” kata Adhie. (yan)

 


 


 

TERCEMAR: Kondisi air irigasi yang tercemar limbah di kawasan Bypass KM 9 Taruko, Kuranji, Sabtu (30/8) lalu.

 

Padang, Beritaone—Limbah yang dibuang ke saluran irigasi bisa mengancam petani dan lingkungan hidup. Apalagi limbah industri yang mengandung zat kimia berbahaya dan mengandung logam berat. Tidak saja berdampak buruk kepada tanaman dan habitat air tapi juga kepada manusia.    

Warga Kelurahan Kalumbuk, Kecamatan Kuranji, tepatnya di sekitar Bypass KM 9 Taruko, dihebohkan dengan perubahan warna air bandar irigasi yang biasanya jernih menjadi putih pekat menyerupai susu.

Kondisi ini sudah berlangsung selama beberapa hari terakhir dan menimbulkan bau menyengat yang mengganggu warga.

Air yang biasanya dimanfaatkan petani untuk mengairi sawah dan kolam ikan kini sama sekali tidak bisa digunakan. Selain mencemari lingkungan, warga khawatir kondisi tersebut juga membahayakan kesehatan masyarakat sekitar.

Indra, 50, seorang petani yang tinggal dekat Bypass Taruko Kalumbuk, mengaku sangat terkejut dengan kondisi air irigasi tersebut. “Saya kaget, tiba-tiba air bandar berubah jadi seperti susu, baunya pun sangat menyengat. Mungkin limbah cat atau apa yang sengaja dibuang ke bandar,” ujarnya, Sabtu (30/8).

Ia mengatakan, saluran air yang biasanya dialirkan ke sawah dan kolam ikan terpaksa ditutup rapat agar tidak merusak tanaman padi maupun ikan. Namun pemilik kolam ikan terlambat menutup saluran air ke kolam ikan. Sehingga ada ikan yang mati mengapung Sabtu siang.

Indra sempat berusaha menelusuri sumber pencemaran ke arah hulu, tepatnya dekat Jalan Bypass Taruko yang banyak berdiri usaha cuci mobil dan mebel. Namun, tidak ada satupun pemilik usaha yang mengakui membuang limbah ke aliran irigasi tersebut. “Saya berharap pihak terkait turun menyelidiki,” kata Indra.

Menurutnya, pembuangan limbah sembarangan ke aliran irigasi tidak hanya merugikan petani, tapi juga melanggar aturan serta membahayakan lingkungan. “Ini tidak bisa dibiarkan karena masyarakat sekitar sangat bergantung pada irigasi ini,” tegasnya.

Karena itu Indra berinisitif melaporkan ke Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Padang.  Dan siangnya tim dari DLH pun datang meninjau lokasi.

Kepala DLH Kota Padang, Fadelan Fitra Masta, membenarkan adanya temuan limbah yang menyebabkan air berubah warna.

Ia menegaskan, pemilik bengkel diberikan waktu 14 hari untuk segera menindaklanjuti peringatan tersebut, baik dalam pengurusan izin maupun pembangunan IPAL. “Kami beri waktu dua minggu. Jika tidak ada tindak lanjut, tentu akan ada sanksi tegas,” tambahnya.

Namun keesokan harinya, Indra masih mendapati air irigasi bercampur limbah. Tapi warna tidak putih lagi. Namun agak kehitam-hitaman bercampur minyak dan baunya juga menyegat. Ia tak habis pikir, padahal sudah ditegur masih juga membandel. Indra berharap DLH menidaklanjutinya dan memberikan sanksi tegas jika pemilik bengkel membandel. (yan)

 


 Sepi: Sesudut pasar konveksi di SPR Padang yang sepi pengunjung pekan lalu,


Beritaone, Padang—Susahnya mendapatkan uang di tengah ekonomi sulit juga dirasakan oleh pedagang pakaian jadi di Sentral Pasar Raya (SPR) Padang. Parahnya, terkadang  berhari-hari tak ada yang membeli.

Hal itu dirasakan oleh Arnita, 50, penjual konveksi di SPR Padang. Kondisi tersebut sudah dirasakannya pascapandemi Covid-19 lalu. Orang belanja hanya kebutuhan pokok saja. Kalau beli baju paling jelang Lebaran dan anak masuk sekolah.

“Kalau hari-hari biasa, paling laku satu dua, pernah juga lima hari hanya terjual satu baju saja,” ujarnya Jumat (5/9).

Kondisi seperti itu menurutnya sudah biasa dialami pedagang konveksi. Saat sedang tak berjual beli, terpaksa makan modal dulu untuk biaya hidup sehari-hari. Ketika ramai, untung yang diperoleh ditabung. Mesti berhemat-hemat supaya modal tidak habis dan dapur tetap ngepul.

Menurut Arnita, kawan-kawannya sesama pedagang konveksi sudah banyak beralih ke usaha lain sejak pasar konveksi lesu. Namun sebagian tetap berrtahan karena tak tau mau usaha apa. Apalagi tidak punya modal untuk memulai usaha lagi.

Menurut dia, pengunjung SPR biasanya sudah tahu kalau barang-barang yang dijual di sana kualitasnya bagus dan koleksinya lengkap. “Umumnya barang didatangkan dari Jakarta dan Bandung. Kualitas dan modelnya bagus dan mengikuti tren. Harga juga terjangkau semua kalangan,” ujarnya.

 Makanya,  banyak kaum hawa yang berburu fashion di sana. Umumnya pegawai kantoran, mahasiswa hingga masyarakat biasa. Pada hari libur banyak pembeli berasal dari luar kota.

Arnita berharap, Pemko Padang bisa meramaikan lagi SPR dengan mengadakan iven-iven di Padang dan sekitar SPR. Sehingga banyak orang datang dan berbelanja. (yan)                                                            

 

Author Name

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
IKLAN