Bersejarah: Gedung Memoribilia Muaro Padang atau gedung Bank Indonesia peninggalan zaman Belanda yang dijadikan museum oleh Bank Indonesia Sumbar.
Kawasan Muaro Padang banyak menyimpan sejarah di zaman penjajahan. Bisa disaksikan dari jejak-jejak bersejarah berupa bangunan-bangunan tua peninggalan zaman Belanda. Dikenal dengan Kota Tuanya Padang. Di antara bangunan tua tersebut masih ada yang memakai bahasa Belanda. Salah satunya De Javasche Bank (DJV). Didirikan oleh pemerintah kolonial tahun 1925. Kemudian tahun 1957 dinasionalisasi menjadi Bank Indonesia. Gedung BI pertama di luar Jawa. Pertanda ekonomi Sumbar sudah maju pada masa itu sehingga perlu didirikan Bank Indonesia.
Kawasan Muaro pada masa itu adalah pusat perdagangan di Kota Padang atau Sumbar. Sebelum ada Pelabuhan Teluk Bayur, Pelabuhan Muara andalan bagi Padang untuk terkoneksi dengan dunia luar. Pelabuhan ini menjadi pusat kegiatan ekspor-impor dan pelayaran, serta menjadi penghubung dengan pulau-pulau di sekitarnya. Di sini tedapat gudang beragam komoditas seperti emas, batu bara, teh, kopi, kapur barus, garam dan kemenyan. Perdagangan dan ekonomi bergeliat di kawasan itu sehingga perlu Bank Indonesia dibangun di kawasan itu.
Di zaman kemerdekaan, sesuai perkembangan ekonomi Sumbar, gedung Bank Indonesia Sumbar dibangun di Jalan Sudirman. Kawasan elite Kota Padang. Lebih besar dan megah. Bank Indonesia Muaro masih tetap difungsikan untuk pendukung kegiatan BI pusat.
Lalu pada 24 Februari 2024 gedung BI Muaro disulap menjadi museum diberi nama Gedung Memoribilia semasa BI Sumbar dipimpin Endang Kurnia Saputra sebagai Kepala Perwakilan BI Sumbar di masa itu.
Gedung Memorabilia ini bisa dimanfaatkan pelajar, mahasiswa hingga masyarakat umum sebagai sarana edukasi dan literasi seputar sejarah pitih (uang), perbankan dan perekonomian Sumbar dari masa kolonial sampai kemerdekaan.
Bank Indonesia Muaro telah ditetapkan oleh pemerintah jadi cagar budaya. Sehingga dilarang mengutak-atik atau mengubah bangunannya.
Ini adalah situs sejarah. BI Sumbar hanya merenovasi koleksi di dalamnya. Di Memorabilia ini ditampilkan sejarah pengedaran uang di Sumbar dan kemajuan Sumatera Barat di masa lalu.
Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sumatera Barat Dandy Indarto Seno mengatakan, kunjungan ke Gedung Memorabilia dibatasi 50 orang per hari.
“Pembatasan untuk memudahkan koordinasi saat memandu pengunjung, jadi bisa dari masyarakat, mahasiswa, ataupun siswa SD sampai SMA secara berkelompok mengajukan permohonan kunjungan. Untuk masuk gedung, tidak dipungut biaya alias gratis,” ujarnya beberapa waktu lalu.
Bagi pengunjung yang akan berkunjung harus mengajukan surat dulu ke Bank Indonesia untuk memudahkan pengaturan waktu kunjungannya.
Dandy menerangkan, Gedung Memorabilia BI Muaro tersebut menyimpan ragam sejarah terutama yang berkaitan dengan uang, perekonomian dan moneter.
Termasuk peralatan kantor yang digunakan, koleksi uang dari masa ke masa serta duplikasi emas cadangan devisa dan sebagainya.
Di bagian bawah gedung tersebut ada lemari besi besar yang luas, dulu digunakan untuk penyimpanan uang. Juga ada emas moneter. (yan)


Posting Komentar