Apa jadinya jika Siti Nurbaya, Syamsul Bahri dan Malinkundang bertemu di suatu tempat? Pasti seru kan?
Sayangnya ini bukan di cerita film, teater atau sinetron yang bisa ditonton. Namun objek yang bisa dilihat diraba dan dinikmati berupa objek wisata.
Memang, batu Malinkundang sudah ada sejak dulu kala. Makan Siti Nurbaya di Bukit Gunung Padang juga telah ada sejak lama. Syamsul Bahri dengan kapalnya baru muncul belakangan. Kapal berisi patung Syamsul Bahri “terdampar” di tepi Sungai Batang Arau tak jauh dari makan dan jembatan Siti Nurbaya. Wisata di Padang sarat dengan cerita legenda. Seakan nyata adanya.
Tak hendak menghidupkan tokoh fiktif yang tak pernah ada. Pembangunan objek ini tak lain untuk mengundang daya tarik wisatawan ke Kota Padang.
Seperti legenda Batu Malinkundang di Pantai Airmanis. Meski sudah ada sejak puluhan tahun, namun sampai kini masih tetap mengundang rasa penasaran pengunjung dari penjuru nusantara bahkan dunia. Pengunjung penasaran melihat replika kapal tokoh cerita Malikundang yang durhaka terdampar di Pantai Airmanis tersebut. Alhasil, tiap liburan sekolah maupun libur Lebaran objek ini dibanjiri pengunjung.
Malinkundang memang lebih beruntung dibanding Siti Nurbaya. Meski durhaka, namun banyak dikunjungi orang. Mungkin didukung keindahan pantainya. Lain dengan makan Siti Nurbaya yang dipagut sepi di lereng Gunung Padang yang lumayan terjal untuk didaki. Tapi, Pemko Padang terus mempercantik objek wisata Gunung Padang. Di puncaknya ada tulisan raksasa Padang Kota Tercinta yang bisa digapai pengunjung. Ikon Kota Padang ini terlihat nyata dari Pantai Padang, objek andalan Kota Padang. Alhasil, Siti Niurbaya tak lagi merasa kesepian karena tiap hari libur selalu ramai pengunjung.
Siti juga bisa berdampingan dengan Syamsul Bahri, kekasih yang tak bisa diraih karena taktik jahat Datuk Maringgih. Itu di dalam cerita romannya. Kisah nyatanya, Pemko Padang membangun patung tokoh Syamsul Bahri di tepi Sungai Batang Arau seakan memainkan imajinasi pengunjung. Kabar baiknya, ketiga objek ini bisa dikunjungi dalam satu kali jalan saja. Ini sejak adanya jembatan Siti Nurbaya berlanjut dengan jalan membelah bukit dari Gunung Padang ke Pantai Airmanis, tempat Batu Malinkundang bersemayam. Mimpi Pemko Padang mewujudkan kawasan wisata terpadu (KWT) Gunung Padang, Pantai Airmanis sudah nyata. Tak lagi sebatas mimpi yang mengundang cemeeh orang-orang.
Sejak selesainya jalan pintas dari Muara ke Pantai Airmanis tersebut, jalur itu juga dijadikan jogging track warga Padang. Tiap Minggu pagi ramai, orang jalan santai maupun gowes menempuh rute ini. Di sepanjang jalan banyak berdiri kafe-kafe tempat nongkrong, kulineran sambil memandang ke laut lepas. Kalau sore bisa menyaksikan sunset. Di sana juga ada
Letak jalan yang berada di lereng bukit sangat sejuk dan udaranya bersih. Satu sisi bukit sisi lain pemandangan laut yang indah dengan sejumlah pulau kecil di perairan Padang. Gemercik suara air mengalir di sela-sela tebing jatuh ke parit memberi keindahan tersendiri. Airnya sejuk dan bersih. Berada di pinggang bukit, sinar mentari juga lama muncul di sini. Meski hampir pukul sembilan pagi, sinar matahari belum menyengat. Sehingga warga betah berlama-lama jogging.
Dari Muaro jalan juga bisa tembus ke Pelabuhan Teluk Bayur. Jalan ini kian menantang untuk jogging dan gowes karena juga memiliki pendakian dan penurunan yang cukup tajam. View laut yang indah. Wow!
Sejak jalan ini dibuka, ekonomi masyarakat di sana juga hidup. Ditandai kedai-kedai kecil yang tumbuh bak cendawan di musim hujan di sisi jalan. Mereka umumnya menjual menu sarapan dan aneka minuman. Harga menu yang ditawarkan relatif terjangkau meski belum ada standar harga seperti di kawasan Pantai Padang.
Sherly, salah satu warga Padang yang sudah lama merantau ke Jakarta begitu takjub saat menjajal destinasi wisata ini. “Wow! Gak ngangka ya, Padang seindah ini pariwisatanya,” ucapnya berdecak kagum.
Yanti, warga yang tinggal dekat Jembatan Siti Nurbaya merasa beruntung berdomisili di sana. Karena ramai warga sekitar bisa berjualan dan buka warung di pinggir jalan. “Ramai sekarang, apalagi hari libur,” akunya. Apalagi waktu momen HUT ke-356 Kota Padang 7 Agustus 2025 lalu dipusatkan dekat Jembatan Siti Nurbaya dan Kota Tua, kawasan tersebut jadi hidup dan gemerlap. (yan)
Posting Komentar